Hukum Safar Bagi Wanita Tanpa Mahram (Studi Komparasi Antara Mazhab Syāfi’ī dan Mazhab Hanbalī)

Syam, Muhammad Agung Fahmi (2020) Hukum Safar Bagi Wanita Tanpa Mahram (Studi Komparasi Antara Mazhab Syāfi’ī dan Mazhab Hanbalī). Diploma thesis, Institut Agama Islam STIBA Makassar.

[thumbnail of Skripsi] Text (Skripsi)
Muhammad Agung Fahmi Syam.pdf

Download (3MB)

Abstract

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan pendapat mazhab Syāfi’ī dan Hanbalī dalam permasalahan safar bagi wanita tanpa ditemani mahram, sekaligus untuk mendapatkan pendapat yang rājiḥ di antara kedua mazhab dengan penjelasan yang jelas dan tegas. Skripsi ini adalah penelitian kepustakaan yang berjudul “Hukum Safar Bagi Wanita Tanpa Mahram (Studi Komparasi Antara Mazhab Syāfi’ī Dan Mazhab Hanbalī”. Adapun masalah yang akan diteliti ialah: Pertama, Bagaimana hukum safar bagi wanita tanpa mahram menurut mazhab Syāfi’ī dan mazhab Hanbalī. Kedua, menganalisa dan mengomparasikan mazhab Syāfi’ī dan mazhab Hanbalī dalam permasalahan safar bagi wanita tanpa mahram.
Penelitian ini menggunakan metode Yuridis-normatif dan analisis-komparatif. Data penelitiannya bersifat kualitatif, yang terfokus pada studi naskah dan teks, diperoleh melalui kitab-kitab fiqih klasik dan dari kedua mażhab seperti kitab al-Umm, Majmῡ’, al-Mugnī, dan al-Furῡ serta kitab-kitab lainnya terkait safar bagi wanita tanpa ditemani mahram.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hukum safar bagi wanita tanpa mahram boleh dengan beberaa syarat dalam semua jenis perjalanan menurut mazhab Syāfi’ī, jika seorang wanita tidak bisa menghadirkan seorang mahram dengan alasan syar’ī. Karena mazhab Syāfi’ī menjadikan dalil-dalil perintah bagi wanita untuk safar yang harus ditemani mahram bukanlah sebagai tujuan atau bentuk kewajiban, melainkan sarana untuk mendapatkan keamanan di jalan, dan inilah pendapat yang dikuatkan oleh penulis setelah meneliti literatur-literatur para Ulama. Adapun mazhab Hanbalī, menjadikan dalil-dalil keharusan keberadaan mahram sebagai suatu kewajiban, apabila mahramnya tidak ada maka haram hukumnya melakukan safar. Apapun jenis perjalanan yang wanita ingin lakukan. Walaupun mahram bukanlah kewajiban, hendaknya seorang wanita terlebih dahulu berusaha menghadirkan mahram ketika ingin bersafar, jika tidak ada maka bisa bersama dengan wanita-wanita lain yang dipercaya atau seorang diri jika ada jaminan keamanan dari pemerintah. Setelah melakukan analisa dan komparasi, pendapat yang lebih sesuai dengan kondisi saat ini dalam hukum safar bagi wanita tanpa mahram adalah mazhab Syāfi’ī, yakni tidak wajibnya menghadirkan mahram ketika seorang wanita melakukan safar, karena melihat perubahan dan keadaan zaman saat ini dan juga memiliki dalil-dalil naqlī dan ‘aqlī sebagai pendukung dalam pendapat ini. Tapi tetap mengupayakan bersama mahram ketika ingin bersafar

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: 200 Agama > 2XX Islam > 2X4 Fikih, Hukum Islam > 2X4.8 Fikih Perbandingan Mazhab dan Pendapat Ulama
200 Agama > 2XX Islam > 2X4 Fikih, Hukum Islam > 2X4.8 Fikih Perbandingan Mazhab dan Pendapat Ulama > 2X4.83 Mazhab Syafi'i
200 Agama > 2XX Islam > 2X4 Fikih, Hukum Islam > 2X4.8 Fikih Perbandingan Mazhab dan Pendapat Ulama > 2X4.84 Mazhab Hambali
Depositing User: Kurniawan M
Date Deposited: 08 Jul 2025 02:22
Last Modified: 08 Jul 2025 02:22
URI: http://eprints.stiba.ac.id/id/eprint/332

Actions (login required)

View Item
View Item